Saya kira tahun ini
akan menjadi tahun menyenangkan melihat blog ini diisi dengan tulisan-tulisan
perjalanan. Rencana cuti yang sudah diangankan terpaksa bubar jalan. Nyatanya
sejak dua bulan terakhir saya tidak menulis apa-apa di sini padahal kepala saya
penuh sekali.
Ingin pula
menggoreskan kenangan, saya pernah hidup di tahun 2020, di mana seperti yang
dikatakan Traveloka pada iklan mereka di tengah saya menonton drama korea “semua orang pasti
setuju tahun ini menjadi tahun pertama untuk semuanya”.
Benar. Tahun ini asing
sekali buat saya.
Kebiasaan-kebiasaan
dulu dipapas habis tergantikan dengan kebiasaan baru. Jika dulu keluar rumah
adalah cara saya menyerap sumber energi agar dapat lebih “hidup”. Tahun ini bahkan
hampir enam bulan saya di”paksa” diam di rumah. Awalnya berat. Namun seperti
halnya perjalanan, hanya ketika memulainya semua terasa sulit. Setelahnya
perlahan jadi nikmat.
Dari segala ingin yang
saya doakan sungguh-sungguh dalam hati ini ketika memulai tahun 2020. Ada satu
yang terwujud. Saya kembali pulang. Pulang secara harfiah. Pulang ke rumah.
Jadi setahun belakangan saya memutuskan untuk kos tidak jauh dari tempat saya
bekerja. Cita-citanya sih agar tidak terjebak dengan hiruk pikuk dan ramainya
jalanan. Yang sebenernya adalah agar saya bisa bangun siang huahahahaha calon
istri macam apa saya ini LOL. Setelah kos, saya tetap berkomitmen tetap
pulang di tiap weekend (walau
banyak tidak terealisasinya karena kesibukan *halah alesaannn).
Namun ketika tahun ini di mulai dengan ketidakberdayaan yang mengharuskan diam
di rumah. Sungguh. Saya rindu suasana rumah yang walau sepi namun benar-benar
“rumah” untuk saya.
Akhirnya saya
memutuskan PINDAH.
Keputusan ini
sebenarnya dipicu oleh satu hal. Kucing kesayangan saya yang sedang hamil entah
mengapa ketika saya menginap di rumah satu hari sebelum Hari Raya Idul Fitri,
malam itu juga memutuskan melahirkan. Minta ditemani semalaman pula. Sungguh
manis ya rasa percaya binatang peliharaan itu pada pemiliknya. Karena trauma
mengingat anak kucing teman saya yang baru lahir banyak yang tidak selamat,
saya menjaga mereka dengan segenap hati dan jiwa. Dan ini mengharuskan saya
untuk diam di rumah lebih lama. Saya berpikir matang-matang, apa ini memang
jalan saya untuk kembali pulang? Setelah diskusi panjang, yah saya benar-benar
pindah.
Namun satu hal yang
tidak masuk dalam perhitungan saya.
BETAPA PINDAH BUAT
LELAH! Sungguh.
Pertama kali pindah ke
kos ini, rasanya berdebar seperti akan banyak pengalaman dan cerita-cerita yang
datang. Menata kamar, memindahkan barang-barang adalah hal menyenangkan yang
dilakukan walau melelahkan.
Satu-satunya foto kamar yang saya punya :3 |
Dan ketika kembali lagi untuk pindah, kembali menata barang-barang, memilah mana yang akan dibawa, mana yang akan tinggal ternyata juga tidak kalah buat lelah. Rasa itu muncul bukan karena saya sedang mengepak barang saja. Tapi ada cerita dan setiap sudut yang harus saya lepas dengan rela. Bantal dan kasur di sudut sana adalah saksi saya pernah menangis tanpa suara. Terisak hingga sesak. Seluruh gambar yang tertempel di dinding adalah saksi keputusan saya untuk lebih serius mendalami hobi yang sangat saya sukai sejak dulu. Kamar ini, setahun belakangan menjadi peluk untuk pelik di setiap hidup saya. Malam-malam yang saya lalui di kamar ini, mencoba bertahan hidup sendiri, adalah kenangan yang saya peluk kuat-kuat.
Teman tidur saya :3 |
Hal terakhir yang saya lepas dari
dinding kamar ini adalah lampu tumblr yang selalu saya nyalakan ketika akan
tidur. Saya takut gelap. Tapi kalau lampu menyala saya sulit untuk lelap. Maka
saya memilih menyalakan lampu tumblr yang penerangannya tidak terlalu terang
namun cukup untuk menjadi penerang di saat saya tidur. Lampu yang padam ini
penanda usainya segala cerita saya di kamar kecil ini. Saya padamkan segala
kenangan dan angan yang terbang di atmosfer kamar ini.
Pindah itu buat lelah.
Jadi kalau sudah menemukan rumah,
saya tidak akan pindah (lagi).
Sama mbak
BalasHapusAku juga lelah kalau harus pindah pindah
Tapi apa boleh buat
Selama masih belum punya rumah, disyukuri saja
pindahan itu sesuatu yang PR banget emang ya, sangat melelahkan karena harus menata kembali barang barang kita hihihi, semangaaat
BalasHapussaya mengalaminya mbak, malah lebih parah, pindah rumah 3x hahaha karena harus mengepak isi satu rumah itu bukan pekerjaan mudah, menata ulangnya yang bikin kepala mau pecah hahaa
BalasHapusI feel you Mbak, saya juga pernah kayak gini nih..
BalasHapusadalah itu setahun ngekost karena malas bolak balik dan biar lebih dekat dari tempat kerja, hihihih.
waktu awal pindah semangat banget, pas balik ke rumah ya rasa lelah juga ngepak2 nya hihihih, setelah menikah pindah dari rumah Mama ke tempat kami sementara biar ceritanya mandiri bersama suami dan lalu pindah lagi tuk menempati rumah kami ini :D
lelaah pastinya pindahan itu apalagi jika barangnya udah beranak pinak.
Jadi inget pas jaman kuliah aku 3x pindah kosan. Capek angkat2 barang dan buku yg bejubel. Huhu
BalasHapusAnak sulungku juga kalau tidur malam, lampunya dinyalain. Kalau dimatiin malah gak bisa tidur. Sekarang kuliah di luar kota, dia juga bawa lampu2 kecil seperti itu (namanya lampu tumblr ya) buat di kamar kostnya.
BalasHapusNah ngomongin pindah, pindah itu memang melelahkan. Setelah menikah, aku sudah pindah ada 4 kali, lelah, banyak barang yang nggak tau kemana, hilang.
Seumur hidup, saya mengalami 3x pindah rumah. 2 pengalaman pertama terjadi saat masih kecil. Jadi gak berasa kerempongannya. Pindahan ketiga terjadi setahun yang lalu. Rasanya sampai sekarang masih belum beres juga. Memang bikin capek :)
BalasHapusIya ya Mba apa pun itu yang penting disyukuri aja..tantangannya mensyukuri apa yang kita tidak suka itu memang berat butuh proses tapi Allah SWT melihat prosesnya itu... :D
BalasHapussemangaaat ya mba...aku setiap 3-4 tahun sekali pindah juga. Dari satu negara ke negara lain malah. Seringkali lelha itu hinggap, tapi aku coba jalani dengan penuh syukur
BalasHapusSemangattt yah mba, aku termasuk hidup nomaden juga karena memilih ngikut tugas suami, pindah dengan3 bocah dengan seabrek mainan dan buku lalu menata lagi di daerah baru melelahkan memang tapi saya menikmati banget karena kelak ada pengalaman baru lagi...
BalasHapus