Manusia tidak ada yang sempurna.
Klise yah? Satu kalimat yang kayanya udah khatam diucapkan semua orang,
tapi tidak benar-benar dapat dipahami maknanya.
Setahun yang lalu, takdir mempertemukan gue dengan buku Meira Anastasia
yang berjudul: IMPERFECT. Buku yang isinya hampir semua adalah curahan hati kesedihan,
kesakitan, hingga penerimaan diri seorang yang menjadi istri Ernest Prakasa.
Jujur, buku ini menampar keras dan membuat gue banyak belajar tentang hal-hal yang menjadi polemik hampir semua perempuan di Indonesia (terutama). Menerima diri sendiri adalah perjalanan panjang yang menguras habis emosi juga air mata. Tidak lama setelah membaca buku ini tersiar kabar bahwa IMPERFECT akan diadaptasi ke layar lebar. Gue penasaran bagaimana seorang Ernest Prakarsa dan Meira Anastasia akan meracik konsep cerita yang mengangkat isu body shamming.
Jujur, buku ini menampar keras dan membuat gue banyak belajar tentang hal-hal yang menjadi polemik hampir semua perempuan di Indonesia (terutama). Menerima diri sendiri adalah perjalanan panjang yang menguras habis emosi juga air mata. Tidak lama setelah membaca buku ini tersiar kabar bahwa IMPERFECT akan diadaptasi ke layar lebar. Gue penasaran bagaimana seorang Ernest Prakarsa dan Meira Anastasia akan meracik konsep cerita yang mengangkat isu body shamming.
Tepat tanggal 19 Desember 2019, film IMPERFECT tayang di bioskop seluruh
Indonesia. Rasa ingin tahu dan penasaran berkecamuk ini membuat gue langsung
membeli tiket nonton di hari pertama. Tapi apalah daya, semesta tidak mengijinkan
gue nonton di hari pertama tayang huhu :((
Setelah hari pertama tayang, gue melihat banyak
sekali gejolak yang timbul atas film ini. Gue berusaha menutup mata dari spoiler
*GAMAU AKUTU BACA BACA SPOILER POKOKNYA BYE!
Ditambah masa liburan 4 hari 3 malam, gue masih harus menahan rasa
penasaran untuk melihat siapa Rara dan Dika di film Imperfect.
IMPERFECT: Karir, Cinta dan Timbangan
Film diawali dengan cerita keluarga pada umumnya yang ketika ada bayi
baru lahir akan banyak sekali teman dan kerabat yang datang. Tujuannya datang
buat seneng (harusnya) tapi malah lebih banyak dipakai julid (WAH ANAKNYA KECIK
YA, WAH ANAKNYA GEDE YA, WAH ANAKNYA ITEM YA, dan WAH WAH YANG LAENNYA). Besok
besok kalo gue lahiran yang komen gituan gue cubit ginjalnya *MO APA LO HA!
Isu pertama yang Ernest dan Meira angkat adalah dimulai dari rumah
sendiri, rumah Rara (Jessica Mila). Cantik dan kurus karena ikut mamanya. Item
dan gendut karena ikut papanya. Sounds familiar? Iyah! Itu sering banget
terjadi di keluarga di Indonesia. Di rumah gue bahkan. Sebagai seorang anak
perempuan yang terlahir dengan kulit gelap di tengah keluarga yang semuanya
berkulit putih, gue sering dikatain anak pungut *map curhat
Selanjutnya Rara yang gendut dan item akhirnya menjadi dewasa setelah
kehilangan papa yang menjadi sumber kekuatannya. Rara dewasa boleh saja gendut,
hitam dan memiliki rambut keriting. Namun kepribadiannya dan kecerdasannya jauh
melebih teman-temannya yang semampai, kurus atau berambut lurus. Hal inilah
yang membuat Dika (oh my dear Reza bener-bener ampun cutenya di sini. Yah emang
sih REZA RAHADIAN GITU. Tapi you know guys, kalian mesti nonton untuk
tahu betapa mempesonanya dia sebagai seorang Dika) jatuh cinta pada Rara. Dika
yang notabene adalah seorang fotografer sudah amat sangat biasa melihat cewek
cantik. Satu momen apik yaitu saat Dika yang sebenarnya memiliki emosi
meledak-ledak kesal karena memiliki klien yang emang minta ditampol lah
pokoknya. Rara datang dan memeluk Dika dari belakang lalu seketika emosi Dika reda
dan dia balas memeluk Rara.
Rara dan seluruh insecure-nya |
PENGEN PELUKAN JUGA ADEK BANG REZAAAAAA ☹
“Jika
kesempurnaan membuatmu bahagia, maka beri aku waktu untuk belajar menerima itu.
Karena aku terlanjur mencintai ketidaksempurnaanmu.”
Reza sebagai Dika mampu mengulik karakter seorang pemuda biasa saja
yang lahir dari keluarga sederhana, sayang ibunya sebagai satu-satunya orang
tua yang dimilikinya, juga menekuni hobi sebagai profesi utamanya. Film Reza
terakhir yang gue tonton adalah saat dia menjadi om-om dokter seksi yang cuek
cuek sayang, suami seorang banker cantik. Namun sebagaimana cerdasnya aktor kesayangan
kita semua, Dika adalah pemuda yang akan membuat semua wanita jatuh cinta
dengan gombal-gombal recehnya.
Rara juga memiliki sahabat yang pasti kita semua miliki. Sahabat
bangsat yang kalau ngomong ga pakai sensor dan ga peduli lagi di mana *coba
dadah-dadah dong sobat bangsatkuhh HAHAHA. Fey (Shareefa Daanish) lah yang
menjadi tumpah ruah seluruh isi hati dan kepala Rara, selain Dika.
Dan tentu saja kita semua juga punya temen kantor yang cantik-cantik
judes dan demennya komentar aja tentang apa yang kita pakai dari ujung kaki hingga
ujung kepala. Gewlaa komentator bola aja kalah dah pokoknya yah. Geng Marsha (Clara
Bernadeth, Karina Nadila dan Devina Aureel) adalah mereka-mereka yang munafik
dan sering komentar “AH CANTIKAN KAMUUUUU KOK” wkakakakak.
Fey, si tomboy dan blak-blakan |
Geng cecan alias cewe cewe cantiq wkwk |
Emosi film mulai naik saat Rara yang seharusnya naik jabatan namun tersendat dan terkendala oleh penampilannya yang “gak banget”. Lontaran kalimat dari bos Rara, Kelvin (Dion Wiyoko) “… isi kepala aja gak cukup. Bisa gak sih kalian dimerger aja. Isi kepalanya kamu, casing luarnya Marsha…” membuat dada gue sesak. Sakit yah melihat bagaimana kita diperlakukan seolah tidak pantas ada di tempat seharusnya kita berada hanya karena kita tidak mengikuti standar cantik yang ada. Dan hal ini memicu Rara mengubah dirinya habis-habisan.
Rara bertaruh bahwa perubahan yang dialaminya adalah kebahagiaan yang
mungkin tidak pernah didapatkan seumur hidupnya. Rara adalah kita yang
mati-matian menahan nafsu makan agar setidaknya saat bertemu teman sekolah saat
reunian dapat dipuja-puji cantik dan kurus. Rara adalah kita yang rela bangun kebih
pagi untuk mencatok rambut ikal/keriting karena standar cantik yang ada ialah
rambut lurus. Rara adalah kita yang mengenyahkan semua karbohidrat agar supaya
berat badan ada diangka timbangan aman yang membuat kita lagi-lagi terlihat
cantik. Rara adalah kita yang menahan hati saat dikomentarin terlalu kurus atau terlalu gendut. Kalau Rara bukan kalian, Rara adalah gue. Gue sangat amat mengerti
bagaimana pedih dan sakitnya saat semua orang yang berjumpa menatap dari ujung
kaki hingga ujung kepala dan mengernyitkan dahi sembari berkata “YAAMPUN GENDUT
BANGET SIH SEKARANG” yang membuat gue akan melihat seluruh badan gue di kaca
dengan perasaan jijik dan malu.
“LO TU GENDUT”
“LO ITU GA CANTIK”
“LO ITU GA BERHARGA”
“LO MENUHIN BUMI AJA”
“GENDUT LO”
“GEDE LO”
Rara menunjukkan usahanya untuk mengikuti standar cantik orang-orang. Dan
perubahannya tidak hanya terhadap fisik yang kurus semata, rambut yang lurus
terurai indah, lipstick yang berwibawa, hingga heels yang sebenarnya
sama sekali tidak mempengaruhi isi kepala. Rara menjelma menjadi wanita yang tidak
lagi mengenal dirinya sendiri. Bahkan Dika dan Fey adalah orang-orang yang
sangat terkena dampak perubahannya.
Klimaks konflik dari film ini memperlihatkan perjuangan yang susah
payah diperjuangkan oleh Rara membuat dirinya kehilangan hampir semua hal
berharga. Tubuh yang kurus ideal, karir yang bersinar, rambut dan seluruh baju
mahal yang dikenakannya tidak sedikitpun membuatnya bahagia, justru terluka. Untungnya
Rara cepat sadar dan memperbaiki kesalahannya. Kecerdasaan yang memang
dimilikinya membuatnya terinspirasi akan hal yang menjadi awal dari dunianya
yang baru. Rara berdamai dan menerima dirinya sendiri. Seiring perdamaian itu
dia pun berdamai dengan adiknya dan mamanya yang cantik. Berdamai dengan Dika,
pacar yang sangat tulus mencintai dirinya, juga dengan Fey sahabat yang
menerima dirinya apa adanya.
Tangan Ernest dan Meira adalah sumber keajaiban. Seluruh unsur komedi
yang ada di film terkesan ringan padahal sungguh amat menampar. Gue bisa menangis
hingga tersedu lalu tertawa terbahak di saat yang sama selama menonton film
(film terakhir yang bisa begini emosinya: Cek Toko Sebelah). Karakter yang hadir
di film berjalan seimbang dan seiring. Bahkan diluar karakter utama, seluruh
karakter lainnya berkonspirasi menyambung benang merah cerita. Seluruh peran
berkesan.
Film ini mengajarkan bahwa cantik belum tentu bahagia. So just be YOU.
Jadilah apa saja yang dirimu inginkan dengan versi terbaik yang kamu miliki
tanpa harus khawatir apa yang orang pikirkan tentang kamu. Kita memang hidup di
tengah kejamnya pendapat orang lain akan mempengaruhi hidup kita. Tapi
Imperfect mengajari bahwa semua ketidaksempurnaan yang kita miliki bisa kita
pandang sebagai hal yang sempurna asalkan kita melihat dari sudut pandang diri
kita sendiri, sebagai yang memiliki otoritas penuh akan kebahagiaan kita.
Dan buat kalian yang sedang mengalami peliknya hidup. Istirahatlah
sejenak. Dan pergi ke bahu orang tersayangmu. Karena segala sesuatu yang pelik,
dapat diringankan dengan PELUK.
Pas nonton trailernya juga gemes banget sama Reza Rahadian. Dia itu poll banget kalau main film.
BalasHapusAku penasaran lihat si Devina Aurel hehe, jadi pengen nonton. Kalo body shaming ga setuju banget, mau orang lain ga menarik bentuknya, mereka tetap punya hak untuk nikmatin hidup mereka sendiri. Untukku pribadi, jaga timbangan aja biar ga dikatain wkkkk. Makan tetap enak tapi ga lupa olah raga buat bakar kalori karena badanku juga cepat naik tapi rada susah turun.
BalasHapusAduh, kepengen nonton film ini yang lagi tayang di bioskop. Seluruh teman saya bilang bahwa film dan novelnya emang ok
BalasHapusWah..film karya Ernest yang satu ini juga sama bagusnya dengan filmnya yang lain ya?
BalasHapusSaya suka dengan caranya menyampaikan pesan yang baik dengan sentuhan humor. Lebih mengena.
Soal kemampuan akting Reza memang gak diragukan lagi. Jagoan dia mah!
Aku sudah nonton.. dan memang related banget sama kehidupan saat ini, bahwa penampilan bagaimanapun juga menjadi first impression, maka ngga heran para wanita ingin memiliki penampilan yang enak dipandang.. maka jadikan rasa insecure jadi bersyukur itu lebih baik sih ya..
BalasHapusBanyak yang sudah nonton film ini tapi aku belum huhu belum sempat euy. Semoga secepatnya bisa nonton.
BalasHapusKepoooooo, kapan ih saya bisa nonton film ini, udah menggoda sejak beberapa waktu lalu dengan trailernya, eh ternyata sedemikian bagusnya ya.
BalasHapusSayang kok ya mamak-mamak berbayi susah cari waktu ke bioskop huhuhu, terpaksa nunggu steamingnya ajah :(
Minggu lalu aku baru ntn imperfect ini. Dan aku nangis bener bener nangis dong.
BalasHapusErnest emang ga pernah gagal bikin gelak tawa sekaligus sedih.
Trus baper apa ada cowok kek Reza rahardian di film ini beneran. Wkwk
Fm yg bagus kayaknya karena di luaran sana masih banyak org yg riweuh meributkan ttg hal ini...padahal kalau kt aku sih meributkan hal yg tak perlu dan m memaknI utk apa kita hidup di dunia..hehehe
BalasHapusKalo aku malah suka baca spoiler hehehe tapi tenang aja aku gak akan nulis spoiler kok. Baca review film Imperfect kok aku suka ya, awalnya aku pikir ini film aapa sih. Ternyata di dalamnya mengandung wejangan2an yg bikin kita bisa tertampar ya. Ihi padahal baru baca gimana kalau aku nonton ya.
BalasHapusBtw ini Reze serba bisa ya aktingnya, mana film lainnya lagi tayang juga. Aku pernah ketemu & foto sama Reza hihihi norak ya
Bagus juga nih jalan ceritanya. Pengin lihat filmnya nih, tapi udah lewat ya masa tayangnya? Duuhh.. lagi-lagi dedek Reza ya. Dia emang selalu maksimal setiap kali tampil di layar lebar. Kayaknya peran apa aja bisa dimainkannya dengan keren.
BalasHapusManiak film harus nonton karena ulasan ini, body shaming adalah hal paling gak beradab oleh pelaku yang merasa diriya hebat.
BalasHapusFilm imi relevan banget dengan kenyataan hidup orang banyak. Saya jadi pengen baca novelnya juga.
Wowowo, belum sempet nonton. Tapi emang gtu keknya di dunia nyata, "isi kepala aja gak cukup", penampilan jg penting. Kalau sudah kek gtu gmn caranya melawan sistem kek gini itu yg perlu dipikirkan. BTW aku salut sama tokoh ceweknya berani meranin karakter demikian, hehe :D
BalasHapusJleb banget ya Mbak. Jadi pengen nonton juga. Jasi inget lagu Kun Anta. Hehe.
BalasHapusLengkap banget ini review-nya. Jadi pengen nonton film Imperfect juga nih. Aku belum selesai baca buku Imperfect nih tapi. Btw, salam kenal ya, kak.
BalasHapus