Sore itu suara azan menggema
dari dalam sebuah bangunan berwarna merah cerah. Seorang bapak paruh baya dengan khusyuk
menggaungkan panggilan kepada seluruh umat Islam bahwa telah tiba saatnya untuk
bertemu dengan Pencipta. Banyak orang yang turut berlarian menyeberangi halaman
yang cukup luas untuk menuju bangunan berwarna merah yang memiliki desain
bangunan tidak biasa.
Langit biru yang sedang
cantik-cantiknya di atas sana semakin apik bersanding dengan tulisan lafaz اَللهُ di atas bangunan itu. Ornamen huruf arab berwarna keemasan menghiasi dinding
berpadu indah dengan gaya bangunan berarsitektur Cina. Inilah dia warisan
peninggalan Muhammad Cheng Ho yang ada di Batam. Masjid yang dikenal dengan
sebutan Masjid Cheng Ho Batam.
Lalu siapa itu Muhammad Cheng Ho?
Beliau merupakah salah satu tokoh
penting dalam proses hadirnya agama Islam di Indonesia. Terlahir dalam keluarga
Tionghoa beragama muslim tulen, Cheng Ho berniat untuk menyebarkan kebaikan
Islam ke seluruh penjuru dunia. Cheng Ho akhirnya diberi gelar Laksamana karena
dipercaya memimpin ekspedisi pelayaran dengan membawa anggota kurang lebih 27.000
orang. Selama rentang waktu 1405-1433, Cheng Ho dicatat telah melakukan lebih
dari 7 kali ekspedisi ke seluruh dunia. Dari keseluruhan perjalannya itulah
Cheng Ho menghampiri Indonesia dan singgah di beberapa daerah. Daerah yang
dihampiri oleh Cheng Ho ini kemudian dikenal dengan istilah 9 Titik Jalur
Samudera.
Patung Muhammad Cheng Ho |
Sebagai seorang Muslim berdarah
Tionghoa, Cheng Ho memiliki pendekatan yang berbeda dengan pendatang lainnya
yang juga datang ke Indonesia. Cheng Ho melakukan pendekatan dengan cara yang
halus seperti diplomasi dan berdagang. Dan dengan cara itu, dirinya bukan hanya
berhasil menyebarkan agama Islam namun juga turut mengajarkan kebudaan Cina di
Indonesia. Cara yang dilakukan Cheng Ho ini berhasil mengambil hati rakyat
Indonesia.
Beberapa daerah di Indonesia yang
pernah disinggahi Cheng Ho diantaranya Aceh, Palembang, Belitung, Jakarta,
Surabaya, Semarang, Cirebon, Denpasar, dan yang terakhir Batam. Dan dibeberapa
kota ini berdirilah Masjid Cheng Ho yang dibangun untuk mengenang dan saksi
sejarah seorang Laksamana Tiongkok datang ke Indonesia menyebarkan agama Islam.
Menyusul kota lainnya yang disinggahi Muhammad Cheng Ho, Masjid Cheng Ho Batam berdiri sejak
22 Februari 2015 silam dengan diprakarsai oleh seorang pengusaha di Batam.
Sejak diresmikan oleh Menteri Pariwisata (Bapak Arif Yahya) dan Menteri Kemaritiman
(Bapak Dwisuryo Indroyono Soesilo) masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah
namun sekaligus menjadi ikon wisata menarik di kota Batam.
Jika dilihat dari jauh, kalian
akan salah kaprah mengira bangunan ini adalah Klenteng. Namun perkiraan itu
akan sirna ketika di ujung bangunan -yang biasanya berbentuk kubah- namun berbentuk
seperti pagoda terpasang lafaz اَللهُ. Sungguh sebuah jalinan kebudaan yang
indah.
Masjid ini sendiri dibangun di
atas tanah dengan ukuran 80 x 80 meter. Namun ukuran bangunan masjidnya hanya
20 x 30 meter yang dapat menampung kurang lebih 200 orang saja. Namun kehadiran
masjid ini mampu melengkapi hati orang-orang yang mencari kedamaian-Nya
seberapapun luasnya.
Sekilas kaya Klenteng kan? |
Melihat kontur bangunan Masjid
Cheng Ho Batam, buat yang sudah pernah singgah di Masjid Cheng Ho Surabaya
pasti melihat banyak kemiripan. Dan ya, Masjid Cheng Ho di Batam ini seperti replika
Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya dengan ukuran yang lebih kecil.
Kembali di sore yang teduh saat
ini, salat berjamaah telah selesai dilaksanakan. Satu per satu para jemaah
mulai berhamburan keluar. Gue yang sedang ada di bawah pohon seketika
tersenyum. Setelah bertemu dengan Pencipta, terlihat raut bahagia dan lega di wajah mereka.
Karena sesungguhnya manusia memang butuh itu semua. Kedekatan dengan Pencipta lewat
doa.
Langit-langit di dalam masjid |
Salat sedang dilaksanakan |
Salah satu jemaah yang telah selesai beribadah di Masjid Cheng Ho |
Golden Cheng Ho (Replika Kapal Laksamana Cheng Ho) |
Selfie di atas kapal, ya map blurrr :)) |
Nah buat umat Islam yang ada di Batam khusususnya nih, yuk dateng ke sini. Kapan lagi mengenang perjalanan dan sejarah dari salah satu tokoh yang membawa agama Islam ke tanah kita. Jadi bisa ibadah sekaligus wisata Islami. Masjid dan kapal ini ada di daerah Golden City, Bengkong Laut.
Laksamana Muhammad Cheng Ho memang sudah lama meninggalkan dunia. Namun ibaratnya seperti pepatah, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama” begitulah seorang laksamana berdarah Tionghoa dikenang lewat perjalanan dan ajarannya. Kebaikan Islam yang dibawanya jauh dari negeri seberang akan terus hidup dan dikenang di hati setiap orang.
Waktu lagi di atas kapal, hujan turun padahal cuacanya lagi panas. Terus pelangi ini muncul, cantik banget :3 |
Golden City Tj. Buntung
Bengkong - Kota Batam
Kepulauan Riau
Bonus pict:
thanks the info, menarik :)
BalasHapussiap kakkk
HapusOh ada juga masjid Cheng Ho di Batam ya. Aku pwrnpe shalat di maajid Cheng Ho yang ada di Pasuruan. Mirip juga dengan yang di Surabaya. Sayangnya pelataran dan teras masjid kotor oleh sampah jemaah. Saat itu kebetulan ada pengajian dengan tenda terpasang di luar. Aduhh jadi gemes lihat sampah yang bertebaran di sana sini.
BalasHapusduh ku juga suka kesel sih kak kalau ada sampah bertebaran gitu, rasanya kok ya gemessss!
HapusWah aku kmrn main ke Batam kok ga ngerti ada tempat ini ya. Kayaknya aku harus balik ke Batam lagi nih
BalasHapusYuk kak ke sini :3
HapusKeren ya, arsitektur masjid ini. Iya nih, di Semarang dan Surabaya juga ada.
BalasHapusBangetttt kak!
HapusGagah banget ya itu Muhammad Ceng Ho.
BalasHapusKeren masjidnya mba, aku pengne main ke situ jadinya hehehe
moga ada rejeki bisa main ke Batam.
Aminnnnnnnn!
HapusKalau yang di Semarang peninggalan Laksamana Cheng Ho tidak dilanjutkan sebagai masjid. Malah lebih cenderung untuk beribadah umat Tionghoa. Namanya kelenteng Sam Po Kong.
BalasHapusWah ternyata ada yang dijadikan klenteng juga yah kak
Hapus