MACET!
MACET!
MACET!
Itulah yang terpikir dalam benakku ketika melalui jalan raya yang setiap hari selalu kulewati ketika berangkat bekerja.Harus berdesakan dengan pekerja lainnya yang juga berjuang mencari rezeki untuk keluarga. Tidak heran kota ini dijuluki kota industri. Dan karena sedang berlangsung pembangunan di jalan besar ini, kami harus bertahan dalam kemacetan juga debu yang berterbangan setiap harinya
Sebelumnya izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku adalah Amelia. Kedua orang tuaku sudah merantau dan turut memboyong aku, si bayi yang berumur 3 bulan ke kota Batam yang terletak di Kepulauan Riau. Kami tiba di kota yang tidak bisa dibilang kecil ini pada tahun 1992. Dari cerita orang tuaku, masih teringat jelas dalam ingatan mereka dulu kota ini masih penuh dengan rimbunan hutan di sisi kiri dan kanan jalannya.
Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Bayi yang berusia 3 bulan tadi bertransformasi menjadi seorang perempuan berusia 26 tahun. Seiring dengan perkembangan pola pikir, bentuk tubuh, dan usiaku, kotaku juga mengalami hal yang sama. Batam kini bukan lagi kota dengan pepohonan dan hutan yang rimbun. Batam pelan-pelan menunjukkan terang dan semarak kotanya dengan kemajuan industri juga "cahaya" pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.
Dulu saat aku masih mengenakan seragam putih abu-abu, masih jelas dalam ingatan ada satu jalanan yang sangat fenomenal dan sangat dikenal oleh warga Batam. Sebutannya adalah: Simpang Jam. Mengapa dinamakan Simpang Jam? Karena di simpang empat lampu merah tersebut di tengah-tengahnya terdapat jam bulat berukuran sedang. Entah bagaimana dan siapa yang memulainya, semua orang akhirnya mengenal simpang tersebut dengan sebutan Simpang Jam.
Simpang Jam (Sebelum renovasi) Pic: Ikhsan |
Namun sejak tahun 2017 jam tersebut hanya tinggal nama. Karena akhirnya, pertama kalinya, Batam memiliki flyover yang menghubungkan jalan di Simpang Jam tersebut. Sungguh inovasi pembangunan infrastruktur yang mumpuni juga membahagiakan untuk kami yang tinggal di dalamnya. Apalagi dengan semakin ramainya kota Batam dengan para pendatang, semakin tinggi pula mobilitas di jalanan. Semakin banyak orang-orang yang juga memiliki kendaraan. Adanya flyover ini seperti angin segar untuk seluruh pengguna jalan raya.
Pembangunan Flyover Laluan Madani Pic: Ikhsan |
Flyover Laluan Madani Pic: Ikhsan |
Batam sejak dahulu kala ibarat seorang anak kecil yang bertumbuh menjadi dewasa dan matang. Julukan "Kota Industri" memang menitikberatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Batam di bidang manufaktur dan industri. Batam sangat kaya dengan banyaknya investor asing yang menanamkan sahamnya untuk membangun perusahaan-perusahaan yang tidak henti-hentinya terus melalukan proses produksi. Namun kini Batam tidak hanya dikenal di sektor industri. Batam mulai merambah sektor lainnya, contohnya adalah sektor pariwisata.
Merunut kunjungan dari Menteri Pariwisata, Bapak Arief Yahya bulan April kemarin juga memaparkan bahwa Batam adalah salah satu kota dengan tingkat kedatangan wisatawan asing paling tinggi selain Bali dan Jakarta. Hal inilah yang harus terus diperhatikan oleh Pemerintah Daerah Kota Batam. Peningkatan pembangunan infrastruktur di berbagai tempat di Kota Batam adalah fokus utaman dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
Kemenpar Launching Hot Deals di Batam, Kepulauan Riau |
1992 - 2018 (terhitung sejak aku menjejakkan kaki di kota ini) bukanlah waktu yang sebentar untuk membangun Batam. Berbagai perubahan dan inovasi terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Batam. Untuk para pendatang yang lewat melalui udara, ada Bandara Hang Nadim yang sudah mengalami pembenahan dan perbaikan di sana sini akan menyambut seluruh wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan basis Batam yang dikelilingi laut, juga telah tersedia pelabuhan di beberapa titik yang juga sudah dilakukan pembenahan demi kenyamanan seluruh penggunanya.
Bandara Hang Nadim Batam Sumber : sini |
Pelabuhan Sekupang, Batam Source: Google |
Menjelang akhir tahun ini pelebaran jalan juga semakin semarak dilakukan oleh Pemerintah Daerah. APBD yang ada benar-benar dialokasikan untuk peningkatan infrastruktur yang mumpuni. Mungkin tahunan yang akan datang, Batamku akan semakin terang suluhnya sebagai Kota Madani.
MACET?
MACET?
MACET?
Ah aku juga harus bersabar sedikir lagi. Seluruh pembangunan yang berlangsung ini adalah untuk kota Batam yang ku cintai. Macet sebentar tak akan jadi soal. Kelak di masa depan, anak-anakku akan merasakan Kota Batam dengan infrastruktur yang membuat seluruh pendatang kota ini takjub.
Batamku, Suluh Kota Madani.