Kelompok 6 |
Asian Games 2018 membawa berkat tak terduga bagi anak-anak muda Indonesia. Bagaimana tidak, Asian Games mendorong Kominfo dan Bitread untuk mengadakan kompetisi menulis tingkat nasional bernama Writingthon Asian Games 2018. Peserta dari Sabang sampai Merauke menjadi sasaran dari kompetisi dalam rangka mendukung Asian Games 2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumah kedua kalinya. Akhirnya terpilih 34 pemenang dari masing-masing kategori pelajar/mahasiswa dan blogger. Kemenangan ini membawa setiap perwakilan provinsi untuk menikmati karantina di hotel Millennium Sirih Jakarta sejak tanggal 15 hingga 18 Agustus 2018.
Hal
yang menarik adalah kisah salah seorang pemenang dari Negeri Cendrawasih.
Natalia Tabuni atau yang lebih dikenal dengan panggilan Natali, mengisahkan
awal perjuangannya mengikuti kompetisi ini. Rasa ragu dan takut melingkupi
dirinya sehingga sempat terpikir olehnya melewatkan kesempatan emas ini. Wanita
kelahiran Wamena, Papua, 16 Desember 1996 ini menyatakan bahwa dorongan dari
kakaknya menjadi energi tersendiri untuk akhirnya ia berani memutuskan untuk
menulis dan mengirimkan karyanya ke panitia Writingthon Asian Games 2018. Saat
ini Natali menempuh pendidikan tinggi di Universitas Warmadewa jurusan teknik
sipil. Rasa bangganya sebagai orang Papua mendorong dirinya untuk menjadi
perwakilan dari provinsi paling timur Indonesia.
Natali sedang membagikan kisahnya
Saat dirinya bercerita, kami
menyaksikan bagaimana rasa syukur dan semangat meluap ketika dirinya diumumkan
sebagai salah satu pemenang kompetisi tingkat nasional ini. Baginya kemenangan
tersebut adalah berkat tersendiri dalam hidupnya. Persepsi tentang orang Papua
yang menganggap diri tidak mampu bersaing dengan anak muda lainnya dari luar
provinsi Papua khususnya di Jawa cukup melekat dalam benaknya. Hal ini terlihat
dari gerakan mata yang cepat dari kanan ke kiri, pandangannya yang cenderung
melihat ke arah bawah serta rona suara yang terbata-bata saat ia membagikan kisahnya.
Namun wanita yang hobi bermain rugby
dan futsal ini menunjukkan kualitas diri dengan menjadi salah satu peserta
karantina yang akan menyaksikan secara langsung pembukaan Asian Games 2018 pada
18 Agustus 2018 di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Selain itu, ia
mengungkapkan suatu keyakinannya yang begitu indah tentang jati dirinya dengan
sebuah ungkapan yang merupakan slogan anak Negeri Cendrawasih yang tinggal di
Bali, yaitu:
“Hitam bukan kelam,
Keriting bukan rusak.
Karena hitam dan
keriting adalah martabat.”
Hal
ini menjadi inspirasi tersendiri bagi kami karena berelasi dengan Asian Games
saat ini. Walaupun Jakarta dan Palembang terpilih menjadi saksi langsung
perhelatan akbar ini, tetapi martabat Indonesia yang dibawa didalamnya.
Artinya, tanggung jawab untuk mendukung bersama dan menyukseskan kompetisi yang
mempertemukan negara-negara di seluruh benua Asia. Asian Games sejatinya
membawa kita kepada satu konsep bahwa nilai bangsa tidak diukur dari identitas,
jumlah populasi penduduk, kemampuan ekonomi, perkembangan teknologi dan
pembangunan, hingga luas geografis suatu negara.
Melainkan bagaimana cara dan
hasil meraih prestasi dengan kompetisi yang adil. Selain itu, Asian Games 2018
membawa setiap warga masing-masing negara untuk kembali membarakan nasionalismenya.
Secara khusus bagi Indonesia Asian Games 2018 memiliki blessings in disguise karena
keberagaman Indonesia menjadi suatu peluang besar untuk Indonesia meraih
bintang baik sebagai tuan rumah maupun sebagai pemenang. Kalaupun tidak menjadi
nomor satu, setidaknya perjuangan yang telah dilakukan dapat melatih diri untuk
solid dan sportif dalam setiap kompetisi apapun dalam membangun peradaban
manusia. Maka pantaslah reff theme song
Asian Games 2018 terlantun seperti ini:
“Kalau menang
berprestasi
Kalau kalah
jangan frustasi
Kalah menang
solidaritas
Kita
galang sportifitas.”
Energy of Asia ini sepatutnya menyadarkan setiap
komponen bangsa untuk habis-habisan mendukung suksesnya pelaksanaan Asian Games
2018. Hal ini senada dengan pernyataan yang terinspirasi dari wanita asal Papua
tadi, yaitu:
“Asian Games
bukan hura-hura.
Kompetisi bukan
unjuk gigi semata.
Asian Games 2018
dan kompetisi adalah martabat bangsa.”
Jangan
lupa bahwa pembukaan Asian Games 2018 tinggal beberapa hari lagi. Beri segala dukungan
positif agar martabat bangsa kita makin harum dan jaya karena Indonesia telah
berhasil menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Penulis
adalah Kelompok 6 dalam tantangan karantina Writingthon Asian Games 2018
(Ridhony, Amelia, Angelia, Ardi)
#asiangames2018 #writingthonasiangames #dukungbersama
Kirain tulisannya udah menceritakan tentang Openingnya. Gak sabar menyimak keseruannya.
BalasHapusSeru ya semangatnya Mbak Natali apalagi soal pantun.... Cahyo untuk Indonesia... Penasaran nih mo baca keseruan ASIAN Games apalagi hal-hal yang ada di balik layar, hehehe soalnya yang di depan layar sudah dilihat di TV.... Selamat melanjutkan aktivitas kakak...
BalasHapuskeren ya ... baru dibalik layar saja sudah keren
BalasHapuspengen banget lho ikut Asian Games tahun ini
prepare beli tiket deh
keren kakak ...
BalasHapus